Rabu, 13 Maret 2013

INFRASTRUKTUR INTERNET DI INDONESIA DAN DUNIA


Internet dikatakan sebagai sebuah sistem jaringan yang terbentuk dari beragam kumpulan sub-sub jaringan komputer yang tersebar di berbagai belahan bumi. Karena setiap bentuk jaringan komputer, kecil maupun besar, dapat dengan mudah dihubungkan ke dunia maya ini, maka secara kontinyu dan eksponensial, komunitas internet pun bertambah besar. Karakteristik yang demikian mengakibatkan internet tumbuh dengan pesat, tanpa ada pihak-pihak yang mengatur perkembangannya. Secara alami, pertumbuhan internet dapat dianalogikan seperti organisme (semacam mahkluk hidup), tumbuh secara pasti menjadi semakin besar dan dewasa. Berdasarkan fakta ini terlihat, bahwa secara tidak sengaja, internet telah menjadi suatu sistem yang terdesentralisasi ke beragam pusat-pusat komunitas digital (Kosiur, 1997). Tidak ada satu lembaga pun yang dapat “memerintah” komunitas yang melakukan interaksi di dunia maya, termasuk negara Amerika Serikat sebagai pelopor teknologi ini. (Sumber: David Kosiur, 1997)
Secara fisik, infrastruktur jaringan internet membentuk struktur pohon hirarkis. Kabel transmisi berkecepatan tinggi (high-speed backbone networks) berfungsi sebagai tulang punggung utama dari sistem komunikasi ini. Contohnya adalah media transmisi yang dibangun dan dimiliki oleh MCI dan AT&T (yang menghubungkan benua Amerika dengan negara-negara di belahan bumi lainnya). Akses kepada infrastruktur berkecepatan tinggi ini dapat dilakukan melalui simpul-simpul komunikasi yang dinamakan sebagai Network Access Points (NPSs), yang dibangun oleh berbagai perusahaan seperti Sprint dan Pacific Bell. Simpul-simpul inilah yang menjadi “entry point” bagi berbagai jaringan regional semacam CERFnet, Uunet, dan PSInet yang keberadaannya tersebar di berbagai negara di dunia. Jaringan regional ini biasanya akan membagi beban “traffic” yang dimiliki ke berbagai simpul NAPs agar tidak terjadi proses “bottleneck” yang menyebabkan berkurangnya kecepatan akses ke “main backbone”. Di level terendah, Internet Service Providers (ISPs) menyediakan jasanya untuk menghubungkan individu maupun korporat ke infrastruktur internet melalui salah satu jaringan regional yang ada. Dari struktur ini terlihat, bahwa kinerja koneksi internet, sangat bergantung dengan kinerja rute yang dilalui, mulai dari pemakai (user) sampai dengan ke “internet backbone”.
Seperti diketahui bersama, jaringan fisik internet melibatkan beragam jenis perangkat keras dan perangkat lunak yang diproduksi oleh berbagai perusahaan besar di dunia. Untuk memungkinkan dilakukannya komunikasi antar komponen-komponen yang berbeda tersebut, tentu saja dibutuhkan aturan-aturan atau standard yang disepakati bersama (protokol). Salah satu protokol yang disepakati untuk dipergunakan di seluruh dunia adalah TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol). Bagaimana sebenarnya cara kerja TCP/IP dilihat dari prinsip-prinsip komunikasi data?
TCP/IP sebagai salah satu protokol memiliki tugas utama untuk mengelola jaringan operasi komputer agar proses komunikasi dan lalu lintas data dapat berjalan dengan baik. Pada tingkat paling atas, protokol mengatur kerja aplikasi agar dapat dipergunakan secara efektif oleh pengguna (user), sementara di tingkat paling rendah protokol berfungsi mengubah data menjadi paket-paket sinyal digital yang siap untuk ditransmisikan melalui beragam medium dari satu tempat ke tempat lainnya. (Sumber: David Kosiur, 1997)
Untuk memudahkan dan memungkinkan komunikasi antar berbagai jenis perangkat keras dan perangkat lunak, International Standards Organization (ISO) mengembangkan standar arsitektur jaringan (network layers) yang terdiri dari 7 (tujuh) tingkat (layer). Model ini dinamakan sebagai OSI Reference Model. Ada dua prinsip utama yang dianut oleh OSI Reference Model ini, yaitu: Open Systems; dan Peer-to-Peer Communications. Prinsip open systems berarti bahwa beberapa sistem berbeda yang berada dalam satu layer yang sama dapat dengan mudah saling berkomunikasi dan tukar menukar data (tanpa harus ada proses konversi), sementara prinsip peer-to-peer communications berarti bahwa data yang “diciptakan” oleh sebuah layer diperuntukkan untuk layer yang sama pada sistem yang berbeda. Walaupun harus melalui layer-layer lainnya dalam proses pengiriman atau penerimaan, data yang ditransmisikan sama sekali tidak dirubah, hanya ditambahkan beberapa data yang diperlukan untuk menjalankan fungsi jaringan pada layer tersebut.
Layer tertinggi dinamakan sebagai Application Layer, karena berhubungan langsung dengan aplikasi yang dipergunakan oleh user dalam menjalankan fungsi komputernya. Layer ini merupakan bagian yang paling transparan di mata pengguna internet (user). Fungsi dari layer ini adalah untuk melakukan transfer data (dalam bentuk “application messages”) dari satu tempat ke tempat lainnya. User mengenal beberapa cara untuk melakukan transfer ini, seperti melalui email dan website. Protokol-protokol yang biasa digunakan untuk melakukan proses pada layer ini adalah FTP (File Transfer Protocol), HTTP (Hypertext Transfer Protocol), SNMP (Simple Network Management Protocol), dan DNS (Domain Naming Service). Protokol-protokol lainnya yang kerap pula dipergunakan sehubungan dengan fungsi-fungsi transmisi file pada internet adalah SMTP (Simple Mail Transport Protocol), POP (Post Office Protocol), IMAP (Internet Mail Access Protocol), dan MIME (Multimedia Internet Mail Extensions). Di bawah layer ini, terdapat Presentation Layer dan Session Layer yang berfungsi untuk mengolah data selanjutnya dari Application Layer ke dalam bentuk yang lebih ringkas dan aman (encrypted and compressed data).
Protokol TCP/IP sendiri baru ditemui pada Transport Layer (untuk TCP) dan Network Layer (untuk IP). Pada Network Layer, IP berfungsi untuk menyediakan alamat atau kode bagi sistem jaringan yang terkoneksi ke internet. Protokol lainnya yang berfungsi membantu IP dalam menentukan alamat bagi perangkat keras jaringan lain adalah ARP (Address Resolution Protocol). Sementara TCP yang berada satu layer di atasnya bersama-sama dengan protocol lain (UDP = User Datagram Protocol) pada dasarnya berfungsi menentukan ukuran paket maksimum yang dapat digunakan dan melakukan “kalibrasi” terhadap transmisi pada saat yang sama. TCP biasanya dipergunakan jika kualitas jaringan yang ada sangat baik, sementara untuk situasi sebaliknya, UDP lebih cocok untuk dipergunakan.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan aneka ragam etnis dan suku. Berdasarkan data Juli 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 242,968,342 juta jiwa (berdasarkan dataCentral Intelligence Agency) dengan 40 juta pengguna internet dan 7 juta pelanggan internet. Sayangnya, banyaknya pengguna dan pelanggan ini tidak diimbangi dengan internet infrastruktur yang memadai seperti koneksi yang bagus dan sarana dan prasarana yang memadai. Ada sekitar 175 juta nomor pelanggan handphone yang mana 135 juta merupakan unique number dengan kata lain setiap orang memiliki lebih dari satu handphone dan 85 juta merupakan pengguna dari GPRS.
Salah satu contoh bagaimana pengguna Internet Indonesia telah menyaingi dunia adalah dengan contoh Facebook. Indonesia menduduki tempat ketiga pengguna Facebook di dunia setelah Amerika Serikat dan Inggris, yaitu dengan 25,912,960 akun Facebook, tak hanya itu dengan social media, Indonesia sendiri dalam hal penggunaan gadget seperti Blackberry sejak dekade 2007-2009 sudah lebih dari 1 juta pengguna menyaingi Amerika Serikat walaupun terbatas pada Blackberry Internet Service (BIS).
Beberapa kendala di Indonesia adalah masalah seperti sumber daya frekuensi dengan media wireless (GPRS/EDGE, 3G, LTE, WiMAX, WiFi). Seperti kita ketahui sumber daya frekuensi merupakan sumber daya yang terbatas sehingga memerlukan solusi pemecahan seperti penggunaan kabel. Untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah mencanangkan “Palapa Ring 2014″ yang sampai saat ini rimbanya belum diketahui kejelasannya. Biaya untuk proyek “Palapa Ring 2014″ ini sebesar US$ 1.524.515.000 dengan rincian 35.280 km untuk kabel bawah laut dan 20.739 km kabel darat.
Di lain tempat, sejak tahun 1997 hingga 2010 kejahatan dengan media internet Indonesia sudah cukup membuat kita tercengang. Kejahatan cyber seperti cracking, cybersquatting,defacing, cyberporn, dan berbagai ragam bentuk lainnya sudah pernah singgah di Indonesia.
1.        Cybersquatting (penyalahgunaan nama domain)
Kasus sengketa domain Mustika Ratu dan Martha Tilaar dengan terdakwa Tjandra Sugiono
2.        Carding (penyalahgunaan kartu kredit)
·           Kasus Sam asal Bandung yang menggunakan kartu kredit orang lain berdasarkan laporan Interpol Wiesbaden No. 0234203 tertanggal 6 September 2001
·           Kasus Petrus Pangkur dengan alias Boni diobok-obok dari Sleman, Jawa Tengah pada tahun 2002 yang memesan helm AGV dan berbagai perlengkapan lainnya dengan total 4,2 juta.
3.        Defamation (pencemaran nama baik)
·           Kasus email yang dianggap memberitakan hal yang dianggap mencemarkan nama baik Rizal Mallarangeng dalam sebuah milis
·           Kasus email yang dianggap fitnah terhadap Alvin Lie oleh Iwan Piliang
·           Kasus email Prita Mulyasari
4.        Cyberterrorism
Kasus website http://anshar.net yang merupakan website propaganda Imam Samudera, Amrozi, dan Mukhlas (trio bomber Bom Bali)

5.        Cyberporn (Pormografi Siber)
Kasus penyebaran video porno mirip artis Ariel Peterpan, mirip Luna Maya, dan mirip Cut Tari.
6.        Against Intellectual Property (pelanggaran hak atas kekayaan intelektual)
Kasus findtoyou.com di mana hosting dengan melakukan tindakan membobol akses terhadap admin findtoyou.com untuk memperoleh script, mencuri script tersebut, dan klaim atas script tersebut.

Selain beberapa kasus terkenal diatas sebenarnya sejak dekade 1988-1989 di Indonesia telah banyak kasus cybercrime, sebagai contoh yaitu Unauthorized Transfer dan Data Diddling, yaitu kasus Dana BNI 1946 New York Agency dan kasus PT Bank Bali Cabang Jakarta Barat.
Teknologi seperti pedang bermata dua, aplikasi dan implementasi tergantung dari pengguna teknologi tersebut apakah akan mengarahkan kepada sisi yang positif ataukah akan menyimpangkannya ke dalam sisi negatif. Setelah mengetahui kondisi internet Indonesia diatas, sebagai seorang user di dunia internet kita haruslah lebih waspada akan segala bentuk baik berupa tindakan maupun ancaman di dalamnya.
Referensi         :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar